Kupasrahkan Mimpiku #Kekasih 3
![]() |
Pecaya Pada Anak Tangga |
Kekasih...
Selain rasa cinta yang aku miliki untukmu, aku memiliki mimpi untuk kita, yang rasanya sulit sekali untuk diwujudkan, tapi lebih sulit lagi untuk kulupakan. Ini semua membuat hatiku mesti bekerja keras untuk mengolah rasa, semangat, tekad, dan emosiku. Otakku mesti bekerja keras meracik logika agar mimpiku masuk dalam ranah logika.
Kekasih...
Sebagaimana cinta, mimpiku ini membutuhkan kepasrahan. Jika kau masih ingat dulu ketika aku menyatakan cinta padamu, saat itu aku memasrahkan jawaban itu padamu dan kepasrahanku terjawab dengan adamu kini dalam hidupku.
Mimpiku pun demikian kekasih, hanya saja jawabanku tak kupasrahkan padamu lagi, tapi pada Tuhan. Dia yang memiliki semua yang aku inginkan, mimpi dan masadepanku termasuk di dalamnya.
Kekasih...
Tahukah apa yang sulit dari kepasrahan?
Kepercayaan dan keyakina yang membuat kepasrahan itu terasa sangat sulit, kekasih.
Ketika aku menyatakan cinta padamu dengan kualasi kepasrahan hatiku, kau jawab seketika pernyataanku tanpa aku harus menunggu lama dengan kegelisahan.
Kekasih, kepasrahanku kini harus kutujukan pada Tuhan, yang zatnya tak dapat kulihat, yang suaranya tak dapat kudengar. Jawabannya tak bisa kudapati dengan seketika. Aku mesti bersabar menanti jawaban dari-Nya dalam beberapa waktu, entah berhari-hari, berminggu-minggu, atau berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun.
Kekasih, itulah Tuhan. Zatnya tak bisa kulihat, suaranya tak bisa kudengar. Hal itu membuatku sulit untuk memasrahkan mimpiku, sulit untuk kupercayai kepasrahan ku pada-Nya yang tak nampak Zat dan Suaranya.
Nampak jelas kedangkalan hati ku kekasih, tumpulnya keyakinanku, kesombongan ku oleh sebab logika, dan kelemahan seluaruh bagian dariku.
Kekasih, tidakkah kau menyesal dengan jawabanmu untuk menerima cinta dari ku? (setelah kuceritakan semua ini)
Keksih...
Kini kau mesti merenung dan ceritakan ini pada Tuhan dan kau pasrahkan (mungkin nanti kau akan tahu sulitnya berpasrah pada-Nya).
Kekasih...
Sekarang pulanglah, pulanglah kemana saja, asal kau anggap itu rumah bagi mu.
Komentar
Posting Komentar