"SONTOLOYO"

Sebuah cerpen sederhana
Sontoloyo



Sore ini jogja terasa tak begitu panas. Belakangan ini terik matahari terasa sangat menyengat sampai-sampai bayi yang baru lahirpun langsung hitam gosong karenanya, tapi untuk sore ini udara jogja lumayan sejuk. Sesejuk es teh buatan mbak Sri, penjual angkirngan malam di samping setasiun lempuyangan.
Sore ini aku memiliki janji dengan Aleng temanku saat kuliyah dulu, nama sebenarnya Ali hanya saja sejak kuliyah dulu aku dan teman-teman terbiasa memanggilnya Aleng. Kini ia melanjutkan kuliyah S2 hukum di salah satu universitas negeri di kota Jogja.
Cup, posismu dimana? Jadi kan kita ke festifal budaya malm ini?” tanya Aleng melalui pesan whats app. Namaku Yusuf tapi teman-temanku lebih sering memanggilku Ucup, biar simpel aja manggilnya.
jadi dong, aku masih di kantor leng.” balasku singkat.
Jampun menunjukan pukul 17:00, dan akupun segera mengemas barang-barang dan segera pulang ke kos ku yang jaraknya tak begitu jauh dari kantor tempatku bekerja. Tak lama setelah aku sampai di kos handphone ku berbuyi, ternyata panggilan masuk dari Aleng
halo... dimana?” tanya Aleng dari sebrang telfon disana.
ya... aku baru sampe kos, sebentar lagi aku jalan.” jawabku sembari melepas sepatu di depan pintu kamar kos ku.
eh, nanti kamu mampir ke tempatku dulu, motorku masih dipinjam bapak kos” ujar Aleng dengan nada sedikit kesal.
ok... nanti aku mampir.” jawabku.
Ketika aku hendak berangkat tiba-tiba terdengar kumandang adzan magrib. Dengan hati yang sedikit berat aku kembali menarik kunci motorku yang menggantung di lubang kunci.
Dengan cepat aku berwudhu dan menunaikan ibadah shalat magrib dikamar kosku yang berukuran 2x3 meter. Seusai shalat akupun segera bergegas menuju tempat tinggal Aleng dengan mengendarai motor antik kesayangan ku jenis bebek tahun 70 an warna merah yang kinclong mengkilap.
Dari kejauhan kulihat seorang laki-laki berdiri di depan sebuah rumah kos sembari memegangi helem berwarna hitam. Ternyata itu Aleng, yang sudah kesal menungguku.
lama banget... motor butut kaya gini aja masih dipake, ” sambutnya dengan nada bergurau.
sudah... naik cepat, biar butut gini ni motor banyak kenangannya” balasku sembari duduk diatas motor menahan gas.
Nasib apes menimpa kami, di tengah perjalanan hujan besar sekonyog-konyong mengguyur kami. Terpaksa kamipun melipir ke sebuah angkringan dengan lampu redup khas kota Jogja.
kita berteduh di situ dulu leng” ajak ku sambil menunjuk tempat yang kumaksud.
Setibanya kami di warung angkringan tanpa basa-basi Aleng langsung memesan dua cangkir kopi hitam kesukaan kami.
pak kopi hitam dua yang satu gulanya sedikit saja.” Ujar Aleng pada bapak penjual angkringan.
“oh... njih mas, saya buatkan, monggo silakan duduk dulu” jawab bapak penjual angkringan dengan nada halus dan sopan khas masyarakata Jogja. Inilah yang membuat jogja terasa istimewa.
Tak lama kemudian kopipun telah siap tersaji dan Aleng memberikan  secangkir kopi dengan gula yang sedikit kepada ku. Ya, Aleng tahu betul selera kopi ku, kopi hitam dengan sedikit gula.
“ini mas kopinya, ini kopi yang gulanya sedikit.” Ujar bapak penjual angkringan sembari memberikan secangkirkopi pada kami.
“oh... iya pak terimakasih.” Ucapku
Sejenak kami diam dan membuka ponsel kami sekedar melihat mesan whats app. Sementara hujan masih mengguyur, aku membuka obrolan.
leng, tadi siang aku ke masjid shalat duhur, abis shalat bukannya dzikir dan berdo’a eh aku malah reflek ngodok saku celana terus ngeluarin handphone, abis itu aku buka-buka instagram. Sekarang aku baru mikir, rugi banget ya waktu-waktu yang baik buat berdoa malah aku lewatkan buat hal yang sia-sia kaya buka instagram, whats app segala macem.” Ujarku pada Aleng.
siapa bilang sia-sia cup...!!!” bantah Aleng.
lha barusan aku yang bilang...” balasku tegas.
kamu aja yang ngga gak peka cup. Nih ku kasih tahu, buka instagram itu bukan hal yang sia-sia.” Lanjut Aleng padaku.
lha... kok..?” tanya ku heran.
gini, di instagram itu kamu bisa liat foto-foto Wanita cantik. Banyak wanita-wanita shalehah yang jilbabnya gede-gede pada majang foto-foto mereka di instagram, atau perempuan-perempuan  yang ala ahem... bodinya cup. Nah, dengan melihat ayat-ayat Tuhan yang maha indah itu mestinya kamu inget Tuhan. Karena kamu sudah melihat keindahan dunia tanpa harus jeuh berjalan kesana-kemari untuk mencarinya.” Aleng menjelaskan padaku.
Sejenak ia berhenti menghela nafas sembari sedikit berfikir.
“Kamu tahu cup, yang menciptakan makhluk indah seperti mereka itu Tuhanmu dan mereka itu milik Tuhan.” lanjutnya.
kalo itu si aku tahu, monyong...” aku menyela.
sebentar.... lengek (panggilan untuk mengejek), belum selesei aku ngomong.” Aleng balas menyela dengan nada kesal.
ya sudah lanjut...” pinta ku pada Aleng dengan nada tidak sabar.
iya, mereka itu milik Tuhan. Jadi dengan melihat foto-foto mereka yang berkeliaran di instagram kamu ingat Tuhan dan berdo’a agar kamu mendapatkan jodoh salah satu bidadari instagram itu, dan semakin kamu terbayang semakin giat lagi kamu berdo’a. Manfaat kan kalo gitu?” Lanjutnya lagi.
hallah.... hemm.... leng Aleng, mana mau lah aku dapet jodoh mereka.” Ujarku dengan nada sedikit sinis.
lha... kenapa engga cup? Kamu kan bisa liat sendiri kecantikan wanita-wanita itu.” Aleng berusaha mempertahankan pendapatnya.
Aleng merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel pintarnya
nih cup lihat foto di instagramnya Markonah! Cakep kan dia?” ujar Aleng sembari memperlihatkan foto seorang wanita di ponsel pintarnya.
iya leng, orang sekabupaten juga tahu kalo dia cantik. Ikan lele aja klepek-klepek kalo liat wajahnya.” Aku menanggapi pendapatnya.
lha terus kenapa kamu nggak mau dapet jodoh bidadari dunia maya kaya dia?” tanya Aleng keheranan.
gini leng, memang dia cantik, tapi sayang wajahnya udah banyak dinikmati sama banyak pasang mata lelaki, udah jadi tontonan para penghuni dunia maya. Ibarat makanan kecantikannya sudah banyak dicicipi oleh para lelaki. Kaya matamu itu leng, yang doyan mantengin foto-foto cewe, terus otakmu berfantasi, bayangin wajahnya sampe bayangin yang enggak-enggak.“ ujarku pada aleng dengan nada mengejek.
Alengpun mengangguk-angguk sembari melihat ke atas, ke arah dahinya.
nah.... markonah juga gitu leng. Pasti sudah banyak lelaki yang membanyangkannya dan berfantasi dengan foto-foto cantiknya yang ala ahem....” lanjutku.
Sejenak aku diam dan menghirup kopi hitam dengan aroma tajamnya yang sudah tersaji di meja panjang yang menempel pada gerobag angkringan.
“lagipula leng, kecantikan paras wanita itu anugerah yang mesti dijaga oleh wanita. Jika seorang wanita tidak bisa menjaganya bisa mencelakakan dirinya sendiri. Mulai dilihat oleh para lelaki, kemudian tumbul nafsu, hingga merencanakan pertemuan, dan akhirnya diperkosa dan habislah riwayat hidup si wanita.” terangku padanya.
nah mumpung sekarang belum ada yang nyulik Markonah, datengin orag tuanya. Nanti kalo udah kamu nikahi bungkus aja pake kardus biar orang ngga bisa liat.” Ujar Aleng mengejek ku.
udah ngga adem lagi kalo dipandang. Soalnya udah keseringan nongon di beranda instagramku.” Balasku dengan nada santai.
Akhirnya hujan mulai reda akupun beranjak dan mengajak Aleng melanjutkan perjalanan.
ayo leng, jalan lagi !” ajak ku pada aleng.
Alengpun beranjak dan membayar dua cangkir kopi yang telah kami habisi.
berapa pak? Cuma kopi dua pak?” tanya Aleng pada bapak penjual angkringan.
oh.. iya mas, kopi dua jadi lima ribu aja mas.” Jawab bapak penjual angkringan dengan logat jawa Jogja.
Akupun segera menaiki motor antikku, sementara itu ali masih berdiri di sampingku sembari memakai helem.
Motor ku setater, bruuum.....!!!!!! aku lupa mengembalikan gigi motorku ke ke gigi netral.
Seketika motorku melaju kencang dengan roda bagian depan terangkat
Brrrruuuuuummm.....!!!!!!!!!!!!!!! suara motorku melaju kencang.
 “Leeeeng.... gimana ini.....!!!!!!!” teriaku
Breekk.... kreeek.... Byuaaar.....!!!!! aku tercebur kedalam got.
huahahahahaha....!!!!!!!” tawa Aleng terbahak-bhak.
disuruh kawin sama cewe cakep gak mau.... malah mandi bareng motor butut di got. Hahahaha....!!!!!!” Aleng mengejekku denga tertawa yang puas...
woooo dasar.... Sontoloyo.....!!!!!!!!” teriakku dengan kesal.

_____


Komentar